Menjembatani Gap Anak Kuliah IT & Anak IT Non-Kuliah

Gap Antara Anak Kuliah IT dan Anak IT Non-Kuliah

Oleh: Latif

Di dunia teknologi, ada dua jalur besar yang sering dibandingkan: anak kuliah IT dan anak IT non-kuliah. Keduanya sama-sama punya passion di dunia digital, tapi sering kali berbeda dalam pengalaman, cara belajar, hingga cara menghadapi tantangan. Yuk, kita kupas perbedaannya secara santai tapi tetap berbobot.


1. Awal Mula Belajar

  • Anak kuliah IT biasanya memulai dari teori. Mereka belajar struktur data, algoritma, jaringan, dan bahasa pemrograman dengan kurikulum yang disusun dosen.

  • Anak non-kuliah cenderung berangkat dari rasa penasaran. Misalnya, bongkar pasang PC, ngoprek Android, atau belajar coding dari YouTube, forum, dan komunitas.


2. Gaya Belajar

  • Anak kuliah IT punya target yang jelas: tugas, UTS, hingga skripsi. Tapi kadang harus belajar materi yang jarang dipakai di dunia kerja.

  • Anak non-kuliah lebih fleksibel, belajar sesuai minat atau kebutuhan proyek. Biasanya fokus pada skill yang cepat bisa dipraktikkan atau menghasilkan.


3. Lingkungan & Networking

  • Anak kuliah IT membangun jaringan lewat kampus: organisasi, UKM, hingga proyek kelas.

  • Anak non-kuliah membangun koneksi lewat komunitas online, hackathon, atau grup Discord/Telegram. Bedanya, anak kuliah punya jaringan formal, sedangkan anak non-kuliah lebih cair dan lintas usia.


4. Mindset & Tantangan

  • Anak kuliah IT sering merasa punya “jaminan” karena gelar. Tapi saat masuk dunia kerja, mereka sadar yang dinilai bukan hanya ijazah, melainkan skill.

  • Anak non-kuliah biasanya punya mental lebih tahan banting. Sejak awal, mereka harus membuktikan diri lewat portofolio dan hasil kerja nyata.

Kesimpulan kecil: “Akhirnya, baik anak kuliah maupun non-kuliah, yang bertahan adalah yang mau terus belajar dan beradaptasi.”


5. Dunia Kerja: Tempat Menyatu

Di dunia kerja, perbedaan ini mulai kabur. Banyak tim teknologi berisi campuran: ada lulusan S1, ada yang otodidak. Yang terpenting bukan asal belajarnya, melainkan kemampuan berkolaborasi, komunikasi, dan tentunya skill teknis yang mumpuni.

Latif
Latif

Penulis di Portfolio Saya